Pentingnya Orang Tua Melatih Anak Usia Dini Berkomunikasi Dengan Efektif

Pentingnya Orang Tua Melatih Anak Usia Dini Berkomunikasi Dengan Efektif

-Rohani Magdalena Sinaga, S.Pd-

 

Komunikasi yang lebih baik dan efektif akan membuat anak-anak manis santun, ramah, berbudaya dan dinamis. Ada anak yang merasa canggung atau malu, ketika berbicara di depan umum, karena suasana ketidakpastian dalam mengekspresikan perasaan mereka. Ketidakpastian yang dirasakan bisa timbul, karena sebagian besar anak tidak mengembangkan seni komunikasi lisan pada usia dini. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak bagi kita untuk mengajar anak-anak bagaimana berkomunikasi dengan cara yang mudah dan efektif yang pada akhirnya akan menuntun mereka kepada keberhasilan pribadi dan profesional. Hal ini adalah dambaan setiap orang tua agar anaknya menjadi orang yang menyenangkan dan memiliki kepribadian yang ramah dalam hidup mereka. 

Menurut kamus besar bahasa indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami. Komunikasi adalah proses ganda, dimana dalam berinteraksi apa yang kita bicarakan dan ucapkan, akan memiliki pengaruh baik pada kita maupun orang yang kita ajak bicara.  Jika anak-anak berbicara sesuatu yang positif dan mendorong orang lain, mereka akan mendapatkan sesuatu yang positif sebagai balasannya.  Ini berarti bahwa kita mendapatkan kembali apa yang kita ucapkan atau bicarakan; kata-kata buruk, bicara yang tidak benar atau kasar akan memantul kembali pada kita. 

Anak belajar berkomunikasi adalah dengan menirukan bagaimana orang lain berbicara dan berinteraksi. Anak-anak selalu mengamati bagaimana orang tua mereka, saudara-saudarinya, keluarga atau lingkungannya berbicara dan berkomunikasi.  Dalam banyak kasus, seni komunikasi datang secara alami kepada anak-anak Anda dengan proses pengulangan.

 

Langkah-Langkah Untuk Membangun Komunikasi Efektif

  1. Dengarkan Anak-Anak

Mendengarkan adalah bagian penting dalam berkomunikasi. Sementara anak-anak memiliki masalah dan kekhawatiran mereka sendiri. Jika mereka juga memiliki kebiasaan menceritakan tanpa henti masalah mereka, maka sangat penting untuk mendengarkan mereka, sehingga mereka akan didorong untuk membuka pikiran mereka.  Anak-anak akan memiliki banyak hal yang perlu dibicarakan dan mereka membutuhkan seseorang yang dapat mendengarkan pikiran mereka dan memecahkan masalah mereka. 

Banyak orangtua hanya gagal untuk mendengarkan anak-anaknya.  Sebaliknya, mereka malah mencoba mengendalikan anak-anak dengan memberitahu mereka apa yang harus mereka lakukan.  Padahal dengan mendengarkan mereka secara aktif dan terus menerus justru akan membantu meningkatkan hubungan orang tua dengan anak-anak, dan orang tua pun juga bisa banyak belajar melalui mereka dan memahami mereka.  Orang tua justru perlu untuk mendorong anak untuk berbicara dan mengekspresikan pendapat mereka.  Biarkan mereka mengetahui pentingnya mendengarkan orang lain terlebih dahulu sebelum berbicara dengan mereka.

Dalam mengajarkan seni komunikasi yang efektif kepada anak, dapat dilakukan dengan jenis kegiatan apapun asalkan kegiatan tersebut mendorong anak-anak untuk berbicara dan mendengarkan.  Selain itu anak-anak juga dapat terdorong untuk berbicara dengan orang lain.  Kegiatan itu bisa berupa cerita/story telling, menelpon seseorang, meminta menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri, dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan tersebut, orang tua dapat mengajarkan anak bagaimana komunikasi aktif dan bermakna terjadi antara dua orang, dasar-dasar berkomunikasi serta melatih bagaimana bersikap sopan pada waktu berbicara dengan orang lain. 

  1. Gunakan Kata-Kata Positif dan Mendorong dengan perhatian positif dari orang tuanya.

Anak-anak selalu melakukan sesuatu dengan baik.  Anak-anak menginginkan cinta dan kasih sayang tak terbatas dari orang tuanya.  Oleh karena itu orang tua seharusnya menghindari menggunakan kata-kata negatif yang akan membuat mereka pun jadi berpikiran negatif.  Sebaliknya, jika anak-anak melakukan sesuatu yang baik, orang tua harus melengkapi mereka dengan kata-kata yang baik pula. 

Pada point ini tidaklah mudah, orang tua pun memerlukan latihan. Bagian terpenting dari latihan tersebut adalah untuk membiarkan anak-anak Anda tahu bahwa memuji atau mengucapkan kata-kata yang baik selalu lebih baik bagi mereka. Anak-anak pun pada akhirnya dapat memahami bahwa mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain akan menciptakan hubungan yang harmonis pribadi.  Beberapa kata pujian atau kata positif yang bisa diterapkan antara lain: Bagus, Hebat, Menakjubkan, Aku sangat bangga padamu, Aku senang kamu melakukannya, Itu benar-benar baik, Itu ide bagus, Kau jenius, Aku sayang padamu dan kata baik lainnya.

  1. Pentingnya Komunikasi Keterampilan Non-Verbal

Keterampilan non-verbal adalah sama pentingnya dengan kemampuan verbal, karena orang selalu menggunakan ekspresi non-verbal untuk menyampaikan ide-ide mereka dan ekspresi.  Bahasa tubuh bisa membantu orang dalam percakapan tanpa kata-kata dengan orang lain.  Percakapan tersebut dapat terjadi diantara dua orang yang berbeda budaya atau bahasa.  Oleh sebab itu anak perlu untuk mempelajari arti ekspresi wajah, gerakan tubuh mulai dari kepala, mata, tangan dan lain sebagainya.

  1. Mendorong Anak Berpidato

Kelas di sekolah bukan tempat yang tepat untuk belajar bagaimana berbicara, karena merupakan lingkungan yang terkendali, dimana guru yang banyak berbicara. Umumnya anak-anak menjadi pendengar pasif di kelas.  Sementara itu, rumah bisa menjadi tempat di mana anak-anak dapat belajar bagaimana berbicara.  Doronglah anak agar bebas berbicara dengan membiarkan mereka mengeluarkan pendapat mereka. 

Seringkali anak-anak merasa malu dan menarik diri, ketika berbicara dengan guru dan teman-teman. Kadang-kadang, mereka bahkan mengalami masalah harga diri.  Orang tua perlu mendorong anak-anak mereka untuk meruntuhkan hambatan tersebut. Orang tua juga harus memainkan peran aktif untuk membantu anak-anak mereka belajar dan menguasai seni komunikasi yang efektif.

 

Penerapan Komunikasi Efektif Pada Anak Usia Dini

Berkomunikasi dengan anak usia dini berbeda dari berkomunikasi dengan remaja maupun orang dewasa. Pemikiran anak cenderung lebih Sederhana, konkret (nyata), penuh khayal, kreatif, ekspresif, aktif, dan selalu berkembang. Untuk itu Orang tua harus dapat menyesuaikan cara berkomunikasinya dengan anak-anak (bukan anak-anak yang harus menyesuaikan dengan Orang tua). Dalam bahasa lain, kita menerapkan komunikasi demokratis atau yang saling menghargai.

Untuk membuat anak usia dini merasa nyaman saat berkomunikasi dengan Orang tua, upayakanlah menerapkan hal-hal berikut:

  1. Dengarkan apa yang diceritakan ananda dan pancing untuk lebih banyak bercerita. Ia senang sekali menceritakan pengalaman-pengalaman yang baru dilaluinya dan ia akan bersemangat bercerita, jika Orang tua mendengarkan dan tertarik dengan apa yang diceritakannya.
  2. Saat ananda sedang menceritakan sesuatu, fokuskan perhatian pada ceritanya. Hentikan sejenak kegiatan yang Orang tua lakukan, ajak ia mendekat dan dengarkan dengan saksama. Jika perlu, beri sedikit tanggapan.
  3. Ulangi cerita ananda untuk menyamakan pengertian, karena mungkin bahasa anak berbeda dengan bahasa kita, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami cerita anak.
  4. Bantu ananda mengungkapkan perasaannya dengan bertanya. Jika ananda masih bingung tentang apa yang dirasakannya, apa yang membuatnya sedih atau gembira, maka dengan meminta ia bercerita akan membuatnya merasa diperhatikan.
  5. Bimbing ananda untuk memutuskan sesuatu yang tepat. Jelaskan akibat apa yang akan terjadi jika ia mengambil suatu keputusan, jelaskan sebab dan akibat dari keputusan itu secara sederhana agar mudah dimengerti olehnya.
  6. Emosi ananda yang masih belum stabil membuat ia mudah marah. Tunggu sampai ia tenang, baru dekati dan tanyakan apa yang mengesalkan hatinya. Jangan sampai membuat ananda merasa sedang diabaikan atau tak diacuhkan.
  7. Saat berkomunikasi dengan anak usia dini, ibu dan ayah tak perlu malu, misalnya harus berperan sebagai badut di depan anak, jika dengan cara itu anak akan lebih bisa memahami dan mengerti apa yang Orang tua maksudkan.

Komunikasi dengan anak yang dijalin sejak dini dapat memudahkan dalam mendidik dan mengarahkan anak usia dini.Berikut yang “tidak boleh” dan “boleh” dilakukan Orang tua ketika berkomunikasi dengan anak usia dini:

  1. Yang tidak boleh dilakukan:
  2. Memerintah
  3. Menyalahkan
  4. Meremehkan
  5. Menasehati
  6. Membandingkan
  7. Membohongi
  8. Memberi julukan negative
  9. Menghibur
  10. Mengancam
  11. Mengkritik
  12. Menyindir
  13. Menyelidik
  14. Berbicara tergesa-gesa

Bila salah satu gaya itu dilakukan, maka:

  1. Anak usia dini tidak percaya pada perasaannya sendiri.
  2. Anak usia dini tidak percaya diri.
  3. Kemampuan anak usia dini menangkap pesan masih terbatas. Tidak memberi kesempatan pada anak usia dini untuk memahami pesan.
  4. Terjadi banyak kesalahan dalam proses pengasuhan, akhirnya Orang tua  jadi sering marah.

 

  1. Yang boleh dilakukan:
  2. Membaca bahasa isyarat tubuh (perilaku anak).

Karena:

  • Bahasa tubuh atau perilaku anak lebih mudah dilihat dan tidak pernah berbohong.
  • Bahasa tubuh lebih nyata dibandingkan dengan bahasa lisan.

Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka:

  • Kita tidak akan memahami anak.
  • Anak usia dini lebih mudah emosi/marah.
  1. Mendengarkan ungkapan perasaan anak.

Dengan kita mendengarkan ungkapan perasaan anak berarti:

  • Mengurangi emosi anak.
  • Merangsang kemampuan berbicara.

Caranya:

  • Kita ikut merasakan kesedihan, kegelisahan, dan kesenangan anak.
  1. Mendengarkan aktif.

Untuk membangun anak dalam hubungan sosialnya dan kepercayaan dirinya.

Caranya:

  • Dengarkan dengan sungguh-sungguh sepenuh perasaan.
  • Wajah ibu-ayah menghadap langsung ke wajah anak, dengan pandangan mata sejajar.
  1. Menggunakan “pesan saya….”.

Untuk melatih anak memahami perasaan orang lain.

Caranya:

  • Ungkapkan perasaan (positif) ibu-ayah kepada anak. Contoh, ”Ibu khawatir kalau kamu berlari-larian seperti itu, nanti kamu bisa terjatuh, Nak. Pesan Ibu, berjalan pelan saja ya Nak” Atau, “Ayah sayang kamu, Nak. Karena itu Ayah sedih kalau kamu suka memukul temanmu, Pesan ayah, sayangi temanmu ya Nak. ”
  1. Menggunakan kata motivasi
  • Gunakan kata ”ayo”, ”coba”, ”mari”, ”silakan” untuk menggantikan kata ”jangan” dan ”tidak”. Catatlah berapa kali dalam sehari Para Guru dan Orang tua menggunakan kata ”tidak”, ”sudah”, ”berhenti”, ”jangan”, ”tunggu”, ”ayah/ibu bilang apa”. Gantilah kata-kata tersebut dengan kata-kata positif dalam komunikasi:
  • Untuk memberikan motivasi dan dukungan, kata ”ayo”, ”coba”, ”mari”, ”silakan” dapat membantu anak usia dini mencoba melakukan. Sedangkan kata ”jangan” dan ”tidak boleh” kadang malah dapat mendorong anak melakukan perlawanan, penolakan atau ingin mencoba. Contoh kalimat larangan, ”Jangan naik pohon, nanti jatuh!” Dapat diganti dengan kalimat ajakan, “Ayo, kita bermain di bawah pohon saja, pasti lebih menyenangkan.”
  • Untuk menggantikan kalimat larangan harus diberikan pilihan yang dapat dipilih anak. Misalnya, seorang anak bernama Ade, meloncat-loncat di atas kursi, maka kalimat yang kita gunakan, misalnya, “Ade boleh duduk di atas kursi atau boleh meloncat di atas karpet ini.”
  1. Menggunakan kalimat dan kata-kata positif.

Mengajak dengan menggunakan kalimat positif dan melarang dengan alasan yang bisa dipahami anak.

Contoh:

  • Anak mau naik pohon yang basah karena hujan.

Kalimat yang biasa digunakan adalah, ”Kamu jangan naik pohon, nanti jatuh.” Sebaiknya ganti dengan kalimat, ”Nak, coba lihat, pohon ini licin karena hujan semalam,  kamu bisa terpeleset dan jatuh kalau naik pohon ini.” Atau, ”Pohon ini licin karena hujan semalam, kamu bisa terpeleset dan jatuh kalau memanjatnya, jadi sebaiknya kamu tidak naik pohon ini.”

  • Anak berjalan dengan menyeret selimutnya.

Kalimat yang biasa digunakan, ”Selimutnya jangan diseret-seret begitu, nanti jadi kotor.” Gantilah dengan kalimat positif berikut, ”Maaf, Nak, selimutnya sebaiknya tidak diseret-seret begitu, nanti jadi kotor.” Atau, ”Maaf, Nak, angkat selimutnya supaya tetap bersih.”

  1. Membiasakan mengucapkan kata “terima kasih”, “permisi”, ”maaf” dan ”minta tolong” pada anak sesuai dengan kejadiannya.

              Contoh:

  • “Terima kasih ya, Nak, Bunda dibantu merapikan mainan.”
  • “Permisi ya, Nak, Ibu ke dapur sebentar.”
  • “Maaf, Nak, kita bermainnya sudah cukup dulu, sekarang waktunya mandi.”
  • “Nak, Ayah minta tolong, sampahnya dibuang di tempat sampah, ya.”
  1. Mengembangkan pertanyaan terbuka.

Untuk melatih berpikir kritis dan kecerdasan anak usia dini.

Caranya:

  • Ajari anak membedakan perbuatan baik dan buruk.

Contoh, ketika anak menonton film kartun Tom and Jerry, tanyakan kepadanya, ”Nak, menurutmu, perbuatan Tom dan Jerry yang selalu berkelahi itu, baik apa tidak ya? Sebaiknya bagaimana, ya?”

  • Ajari anak membedakan benar dan salah.

Contoh, ”Nak, sebaiknya kita membuang sampah di mana, ya?”

  1. Menggunakan kata-kata yang benar.

Untuk melatih anak memiliki pengetahuan tentang tata bahasa yang benar, kita tidak dibenarkan mengikuti atau menirukan kata-kata  anak yang masih belum jelas, atau pemenggalan kata yang tidak utuh. Contoh: kata ”mam-mam” untuk ”makan”, ”embin” atau ”obin” untuk ”mobil”, dan sebagainya.

Jadi, kita harus mengucapkan kata dengan istilah yang sebenarnya dan jelas. Contoh, kita mau meminta anak usia dini menirukan kata ”makan”. Jangan katakan, ”Nak, agar kamu jadi kuat dan sehat, kamu harus ma....” (mengharap anak melanjutnya dengan suku kata ”kan”). Seharusnya kita mengatakan, ”Nak, agar kamu jadi kuat dan sehat, kamu harus makan. Harus apa, Nak?”, dengan harapan anak akan mengatakan ”makan”. Jadi, gunakan kata yang utuh.

  1. Memberikan contoh perbuatan dari Para Guru dan Orang tua.

Apa yang dilihat anak akan dilakukan, karena anak lebih percaya pada apa yang dilihat daripada didengar. Jadi, sebaiknya Orang tua memberikan contoh perbuatan secara langsung pada anak.

Antara lain:

  • Pembiasaan menggosok gigi saat anak telah tumbuh giginya. Ibu dan ayah menggosok gigi di dekat anak, anak diberikan sikat gigi yang sesuai dan dapat memotivasinya untuk mencoba, semisal sikat gigi dengan bentuk dan gambar-gambar lucu.
  • Pembiasaan membuang sampah di tempat sampah. Para Guru dan Orang tua menunjukkan sambil berkata, ”Kalau membuang sampah harus di tempat sampah.”
  • Pembiasaan merapikan mainan. Para Guru dan Orang tua memberikan contoh merapikan mainan, lalu anak diminta melanjutkan sampai tuntas. Atau, Para Guru dan Orang tua mengajak dan anak merapikan mainan bersama-sama, ”Nak, ayo kita simpan kembali mobil-mobilan ini di kotak mainannya.”
  • Pembiasaan membaca. Para Guru dan Orang tua seringlah membaca buku, majalah, atau koran di dekat anak. Sediakan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia anak untuk merangsang anak tertarik dengan buku dan akhirnya jadi gemar membaca.

Pelaksanaan komunikasi efektif di sekolah dan di rumah dalam berkomunikasi dilakukan dengan semua anak tanpa membeda-bedakan, menggunakan kalimat tanya dan berita sebagai pembuka, mendengarkan ketika anak sedang bercerita, menghindari kata jangan dalam berbicara, menggunakan kata aku untuk mengutarakan pikirannya, melakukan komunikasi dengan posisi badan dan pandangan mata sejajar, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan ceritanya, dan menggunakan kalimat positif untuk memberi kesempatan kepada semua anak.

 

Daftar Pustaka:

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan

https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

www.google.com : pengertian komunikasi

www.google.com : langkah-langkah membangun komunikasi efektif

Statistik Pengunjung

4.png9.png1.png1.png7.png2.png
Today171
Yesterday284
This week712
This month7513
Total491172

Who Is Online

1
Online