Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Musik
-Rohani Magdalena Sinaga, S.Pd-
Pengembangan kreativitas penting dimulai sejak dini, sebab usia tersebut merupakan langkah awal kehidupan seseorang serta agar potensi anak dapat tersalurkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Utami Munandar (1999:34), kreativitas perlu dipupuk sejak dini, karena:
Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.
Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) bertujuan agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini, sehingga mereka bisa berkembang secara wajar sebagai anak. Hal ini berarti tujuan Pendidikan anak usia dini bukan hanya agar anak bisa lebih siap belajar di tingkat sekolah dasar (SD) melainkan juga menekankan pentingnya anak memperoleh rangsangan intelektual, sosial, dan emosional yang sesuai dengan tingkat usianya.
Pendidikan usia dini itu sendiri dapat bersifat informal (berbasis keluarga) maupun formal dalam bentuk intuisi pendidikan. Pendidikan anak usia dini yang berbasis keluarga dapat berupa kegiatan PKK, posyandu atau bentuk- bentuk yang lain. Sedangkan model pendidikan anak usia dini yang formal antara lain yaitu tempat penitipan anak (TPA), kelompok bermain (KB), sekolah minggu, taman kanak-kanak ataupun taman kanak-kanak Al-Quran yang peserta didiknya berusia pra sekolah.
Pendidikan tersebut menerapkan berbagai metode terhadap peserta didiknya dan salah satunya adalah melalui pendekatan musik. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada anak usia dini, seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, dan membangun kecerdasan emosional. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Anak yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati. Untuk mencapai keadaan ideal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pembenahan untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan anak usia dini yang kreatif melalui musik.
Pada tahun 1938, M. Dide memulai penelitian mengenai hubungan antara otak kanan dengan musik. Selanjutnya dilakukan penelitian yang lebih intensif dan mendalam oleh Roger W. Sperry pada tahun 1981. Ia membagi wilayah otak manusia menjadi dua, berdasarkan fungsinya. Bagian yang pertama otak kiri (left hemisphere) merupakan pusat pengendali fungsi intelektualitas, misalnya logika, daya analitis, daya ingat, pemikiran konvergen, bahasa dan perhitungan. Sedangkan bagian otak yang lainnya adalah otak kanan (right hemisphere). Otak bagian kanan ini berdasar pada spontanitas dan pengendalian fungsi mental, misalnya emosi, intuisi, hubungan ruang dan dimensi, pemikiran divergen, gambar, musik dan irama, gerak dan tari. Dari hasil penelitian Roger W. Sperry itu, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, musik dapat digunakan untuk menyeimbangkan otak bagian kanan dengan otak kiri sehingga dengan keseimbangan antara kedua bagian otak tersebut dapat mempengaruhi kecerdasan. Pendek kata, musik bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kecerdasan anak usia dini. (http :// krisnaster.blogspot.com/2001/02/musik-meningkatkan-kualitas-sumber.html)
Penelitian lainnya dilakukan oleh seorang biofisikawan dari Sekolah Musik di Providence, Rhode Island yang bernama Martin Garinder. Ia menyimpulkan bahwa pendidikan kesenian dapat berinteraksi dengan kecepatan seseorang menyerap mata pelajaran lainnya, seperti menulis, membaca, maupun berhitung. Pernyataan itu didapatkannya dari penelitiannya terhadap 96 anak sekolah yang berusia antara empat sampai enam (4-6) tahun. Empat puluh delapan (48) siswa pertama diikutkan dalam pelajaran ekstra tentang musik dan seni visual, sedangkan 48 siswa sisanya hanya mengikuti pelajaran musik dan menggambar sesuai kurikulum standar. Pada tahun yang pertama, keempat puluh delapan siswa yang mendapatkan pelajaran ekstra musik itu belajar untuk bernyanyi dalam sebuah paduan suara sekaligus melatih ketepatan menembak nada dan irama. Pelajaran itu menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi mereka, sekaligus melatih kepekaan emosional mereka. Kemudian pada tahun kedua, Garinder memberikan kepada mereka pelajaran membaca partitur not balok. Dari penelitiannya selama dua tahun itu, secara mengejutkan, Garinder menemukan peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang pesat pada keempat puluh delapan siswa yang mendapat jam ekstra. Hal tersebut terjadi pada seluruh anak-anak baik yang tingkat kecerdasannya kurang maupun pas-pasan. Di lain pihak, pada anak-anak yang tidak mendapat jam ekstra, Garinder tidak menemukan perkembangan yang berarti dalam hal membaca, menulis, dan berhitung, apalagi jika dibandingkan dengan mereka yang mendapat jam ekstra musik. (http :// krisnaster.blogspot.com/2001/02/musik-meningkatkan-kualitas-sumber.html).
Setiap orang dilahirkan dengan kemampuan bermusik, bayi bahkan menyerap musik sebelum mereka dilahirkan dan kita secara genetik telah berkemampuan bermusik. Berdasarkan riset terkini, menyanyi memiliki dasar biologis, dan bisa jadi memiliki fungsi evolusi yang penting. Manusia pada dasarnya menggunakan tiga bentuk ekspresi vokal yang berbeda, yaitu : tertawa, mengeluh, menangis dan berseru; berbicara dan menyanyi.
Bernyanyi berfungsi sebagai kondisi transisi evolusi antara vokalisasi pada primata dan berbicara (Bruce Richman). Dengan kata lain, bernyanyi dapat menjadi cara kita belajar untuk berkomunikasi. Sebelum anak-anak dapat berbicara, orang tua berkomunikasi menggunakan bahasa “berdendang”, dan komunikasi musikal ini membantu mengembangkan kemampuan bahasa seorang anak. Musik mempengaruhi kita semua dan ini tidak hanya berlaku pada manusia, tetapi juga binatang. Ahli psikologi Jaak Panksepp menunjukan bahwa ayam memperlihatkan respons fisik terhadap musik. Ayam mengepakan sayap ketika diperdengarkan karya Pink Floyd, memperlihatkan respons merinding pada bagian The Final Cut! Sepertinya binatang menggunakan apa yang kita tangkap sebagai sinyal “musical” untuk menarik lawan jenis. Sama seperti kita, binatang menggunakan musik sebagai cara untuk membentuk komunitas, menandai wilayah, dan bekomunikasi satu sama lain.(Philip Sheppard ,2007:7).
Para bayi dilahirkan dengan kemampuan bermusik yang hebat. Mereka memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap nada, ritme, dan ketukan yang berbeda, serta memiliki kemampuan membedakan berbagai warna suara. Pendidikan musik ini dimulai ketika mereka masih berada dalam kandungan. Sebelum kelahirannya, seorang bayi memiliki serangkaian informasi yang sangat banyak mengenai musik: nada, titik nada, ritme, dan timbre (warna suara).
Saat dilahirkan, bayi itu dapat membedakan suara-suara yang penting dan dengan cepat belajar menerjemahkan isi pembicaraan yang mengandung emosi. Bayi pada awalnya mengekspresikan diri secara musical, tetapi ketika mulai menggunakan kata- kata, mereka akan menggunakan nada naik dan turun secara musical, lewat intensitas, intonasi, dan ritme, untuk memberikan arti yang tepat atas kata-kata itu. Hal–hal inilah yang menjadi elemen inti sebuah musik.
Adapun perkembangan anak yang dapat dirangsang melalui musik .(Music can make your child smarter, 2007) yaitu sebagai berikut:
Membuat musik dapat membantu perkembangan “intelegensi-intelegensi” dan memberikan efek positif terhadap :
- Hubungan dan struktur otak.
- Kemampuan koordinasi umum, koordinasi mental dan fisik.
- Kemampuan pemahaman ruang.
- Fungsi daya ingat.
- Keterampilan bahasa.
- Pemahaman matematika.
- Kreativitas personal.
- Keterampilan social.
- Kesehatan mental dan fisik.
Seorang pakar dari Harvad Medical School mengungkapkan : Memainkan instrumen musik membutuhkan proses berkelanjutan dan pembelajaran secara motoris, yang menghasilkan pengorganisasian ulang dalam otak manusia. Perubahan-perubahan ini termasuk penyingkapan hubungan-hubungan yang telah ada dan pembentukan hubungan-hubungan baru. Oleh karena itu, perubahan-perubahan fungsional dan structural akan terjadi pada otak pemain musik ketika mereka belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan aktivitas mereka.
Hal ini mengindikasikan membuat musik secara aktif berpengaruh pada perkembangan mental dan fisologis otak. Kegiatan ini membantu pembentukan jalur-jalur syaraf yang berhubungan dalam otak dengan cara mendorong terbentuknya hubungan antar sel otak. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Sebagai contoh, saluran informasi utama di antara kedua belahan otak, yang dikenal sebagai corpus collosum, tumbuh lebih besar sebagai hasil dari stimulasi musik. Hal ini memnghasilkan hubungan yang lebih efisien di antara kedua bagian otak, kemudian menghasilkan koordinasi yang lebih baik antara belahan kiri dan kanan otak. Dengan demikian orang-orang yang memperoleh stimulasi musik sejak dini akan memiliki pertumbuhan otak bagian kiri dan kanan yang lebih optimal.
Bagian otak kiri adalah sisi analitis dan berhubungan dengan materi-materi nyata secara rasional, yaitu :
- Berhubungan dengan persepsi.
- Mengatur kegiatan berbicara, membaca dan menulis.
- Berhubungan dengan logika.
- Berhubungan dengan matematika.
- Mengenali kata, huruf dan angka.
- Berhubungan dengan interpretasi literal dari kata-kata.
- Bertindak sebagai “prosesor serial”-memantau waktu dan urutan.
- Memproses informasi pendengaran.
- Dianggap sebagai belahan otak optimis.
Sedangkan bagian otak kanan sering dikategorikan sebagai sisi intuitif dan kreatif, yaitu sebagai berikut :
- Bagian ‘mimpi’ dari otak.
- Berhubungan dengan persepsi.
- Mengatur informasi visual dari informasi verbal.
- Bertindak sebagai “prosessor parallel”.
- Berhubungan dengan pengenalan pola dan pemahaman ruang.
- Mengatur pengenalan wajah, objek dan tempat.
- Memproses aljabar, geometri, informasi visual, rotasi dan pencitraanmental.
- Dipicu oleh Emosi.
- Bertanggung jawab untuk pemrosesan awal informasi musical.
- Dianggap sebagai belahan pesimis.
(sumber : music can make your child smarter, 2007 : 54-55)..
Ternyata banyak sekali aspek perkembangan anak yang dapat dirangsang melalui proses pendekatan musik. Karena itu, orang tua sebagai tutor harus benar-benar mempersiapkan lirik lagu ataupun media musik yang dikemas sebaik mungkin. Mulai dari persiapan, pelaksanaan bermain musik, dan penilaian setelah kegiatan bermain musik selesai.
Hasil Yang Dicapai Dari Pengembangan Kreativitas Melalui Pendekatan Musik
Pada dasarnya musik memiliki efek yang mendalam dan positif pada perkembangan mental dan fisik anak, selain itu setiap anak memiliki kemampuan bermain musik dan mendengarkan musik memang bermanfaat, tetapi memainkan musik tetaplah lebih baik, anak-anak harus mendapatkan pengajaran musik secara aktif. Berikut ini akan dipaparkan bagaimana musik dapat mempengaruhi perkembangan otak-kecerdasan anak dan meningkatkan kreativitas anak.
Para musisi memproses informasi musik dalam cara yang sangat berbeda dengan orang lain. Pada intinya, otak meraka memecah suara secara lebih analitis daripada orang-orang yang bukan musisi. Kelihatannya otak para musisi dewasa menunjukkan pola yang jelas, mengkhususkan jalur saraf yang memungkinkan terjadinya reaksi yang cepat dan kuat terhadap stimulasi musik. Stimulasi musik biasa akan memperkuat jalur-jalur ini dan hasilnya adalah pertumbuhan yang pesat dibagian-bagian otak yang menangani informasi musik. Musik tidak hanya diproses oleh satu bagian otak. Para ilmuan menemukan bahwa musik diproses oleh suatu jaringan syaraf yang luas, tempat wilayah-wilayah otak yang berbeda bekerja bersama-sama untuk mengartikan hal-hal seperti melodi, harmoni dan ritme.
Pada tahun 1993, ilmuan mempelajari otak musisi untuk melihat apa yang terjadi jika mereka mendengar musik. Penelitian ini mendapati bahwa ketika musisi mendengar not-not yang dimainkan bersamaan dengan chord sederhana, terjadi reaksi yang sangat spesifik dalam otak mereka. Ketika seorang musisi mendengar dua not yang dimainkan bersamaan, otaknya bereaksi dengan cara yang sama seperti kata-kata yang menghasilkan suatu penglihatan secara mental. Sebagai contoh, jika saya mengetikkan kata ‘anjing’ dan anda membacanya, kata ini mungkin akan memicu gambar seekor anjing dalan otak anda; jika saya mendengar kata ‘lemon’, saya melihat dan mencium buah ini dalam kepala saya, dan saya bahkan akan mulai meneteskan air liur. Musisi mengembangkan kemampuan serupa, tetapi dengan bantuan chord dan not., selain kata-kata. Kemampuan ini membantu mereka mengembangkan kosakata musik yang sangat dibutuhkan karena musisi perlu memproses banyak sekali informasi . (Music can make your child smarter, 2007 : 56-57).
Dari penjelasan tersebut terdapat beberapa kata yang dapat digarisbawahi berkaitan dengan menyimak yaitu:
- perhatian, adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
- mendengarkan, adalah memahami simbol yang dilihat atau didengar.
- memahami, adalah tingkat pemahaman terhadap lirik
- apresiasi, adalah dalam mengapresiasikan lirik lagu yang telah dibawakan
- interpretasi, adalah memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang telah dilihat, didengar, dan dirasakannya
Selanjutnya kreativitas dapat dilihat dari kepercayaan diri. Bernyanyi adalah suatu kreativitas yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dari pada masa tersebutlah kemampuan bernyanyi atau bermain musik dipelajari.
Melalui musik, dapat melatih anak dalam hal menyimak, tentunya dalam hal ini menyimak isi lirik lagu. Selain itu, musik juga dapat melatih kreativitas anak. Setelah anak menyimak setiap kata yang diucapkan oleh orang tua, maka apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus maka kreativitas anak akan semakin bertambah, jika perbendaharaan anak semakin banyak maka semakin banyak juga tentang sesuatu yang dikenalnya. Kemudian untuk mengasah kreativitas anak dapat ditindaklanjuti dengan cara memberikan pertanyaan dan meminta anak untuk menyanyikan kembali lirik lagu yang telah didengarnya. Rangsangan yang diberikan pada anak melalui musik untuk meningkatkan kreativitas merupakan cara yang tepat, karena dengan musik banyak sekali kemampuan kreativitas yang dapat diasah selain dari yang telah disebutkan sebelumnya. Lebih dari itu, dengan musik maka orang tua juga dapat mengasah kreativitas secara baik dan benar, hal itu dapat terjadi apabila orang tua mampu bernyanyi dan memainkan alat musik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar juga.
Daftar Pustaka:
Krisna. (2001). Musik Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini. [online]. Tersedia: http:// krisnaster.blogspot.com/2001/02/musik-meningkatkan-kualitas-sumber.html
Philip Sheppard, (2007) Music can make your child smarter
Utami Munandar. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.